Pengertian dan jenis-jenis Majas B. Indonesia

Majas atau bisa di artikan Gaya bahasa ini adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat cerita itu semakin hidup,
keseluruhan cirri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan , baik dalam secara lisan maupun tertulis. Kebetulan admin habis belajar tentang majas, mari kita lihat pengertian dari jenis-jenis majas.
Pengertian dan jenis-jenis Majas B. Indonesia - Echotuts
Jenis-Jenis Majas dan Pengertian

Alegori : Menyatakan dengan cara lain melalui kiasan penggambaran, Contoh : Perjalanan Hidup manusia seperti sungai yang mengaklir menelusuri tebing-tebing, yang kadang sulit untuk di tebak kedalamanya, yang rela menerima segala sampah, dan pada akhirnya berhenti ketika dengan laut.

Alusio : pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal, Contoh : sudah dua hari ia tidak melihatkan batang hidungya.

Simile : pengungkapa dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, bak, bagai, Contoh : kau umpama air aku bagai minyak, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta rela berkorban apa saja.

Metafora : Gaya bahasa yang membandingkan sesuatu benda dengan yang lain karena mempunyai sifat sama atau hamper sama. Contoh : Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakan diri.

Antropomorfisme : Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang hubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

Sinestensia : majas yag berupa suatu ungkapan rasa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Contoh : Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau manis (Bau : Indra penciuman, manis indra pengecapan).

Antonomasia : Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.

Aptronim : Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

Metonimia : penggungkapan berupa penggunaan nama untuk enda lain yang menjadi merek, cirri khas atau atribut, Contoh : Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru. (Rokok merek Djarum).

Hipokarisme : penggunaan nama timang atau kata yang dipakai untuk menunjukan hubungan karib.

Litotes : Ungkapan berupa penrunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri,Contoh : Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.

Hiperbola : pengungkapan yang sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh : Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.

Personifikasi : Pengungkapan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia, Contoh : Hembusan angin di tepi pantai mebelai rambutku.

Depersonifikasi : pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.

Pars pro toto : Pengungkapan sebagai dari objek untuk menunjukan keseluruhan objek, Contoh : sejak kemarin dia tidak kelihatan batak hidungnya.

Totum pro parte : pengungkapan keseluruh objek padahal yang dimaksud hanya sebagian, Contoh : Indonesia bertanding voli melawan Thailand.

Eufimisme :  pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus, Contoh : Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya ?

Disfemisme : pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

Fabel : menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. 
Contoh : Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depanya.


Parabel : ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.


Perifrasa : ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Eponim : Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pratana. Contoh : Kita bermain ke Ina (Ina mewakili lokasi rumah Ina).

Simbolik : melukiskan sesuatu dengan menggunakan symbol atau lambing untuk menyatakan maksud.

Asosiasi : pertandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh : Masalahnya rumit susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

Ironi : Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh : Suaramu merdu seperti kaset kusut.

Sarkasme : Sindiran langsung dan kasar. Contoh : kamu tidak dapat mengerjakan soal semudah ini dasar otaku dang isi kepalamu !

 Sinisme : Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh : Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kebadaku ?.

Satira : Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi atau parody, untuk mengecam atau menawarkan gagasan, kebiasaan, dll.

Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Apofasis : penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

Pleonasme : menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh : saya naik tangga ke atas.

Repetisi : perulangan kata frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat, Contoh : Dia pasti akan datang dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.

Pararima : pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata berlainan.

Aliterasi : repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

Paralelisme : pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.

Tautologi : pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.

Sigmatisme : pengulangan bunyi “S” untuk efek tertentu.

Antanaklasis : menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna berlainan.

Klimaks : pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks atau lebih penting.

Antiklimaks : pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Inversi : menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.

Retroris : ungkapan pertanyaan yang jawabanya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.

Elipsis : penghilangan satu atau beberapa unsure kalimat, yang dalam susunan normal unsure tersebut seharusnya ada.

Koreksio : Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Polisindenton : Pengungkapan suatu kalimat dan wacana, Dihubungkan dengan kata penghubung.

 Asideton : Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Interupsi : ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

Eksklamasio : ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.

Enumerasio : ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

Preterito : ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud sebenarnya.

Alonim : Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

Kolokasi : asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

 Silepsis : penggunaan suatu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

Zeugma : silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat rancu.

 Paradoks : Pengungkapan dengan menyatakan dua hal seolah-olahbertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

Oksimoron : paradox dalam satu frasa.

Antitensis : pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

 Kontradiksi interminus : Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.

Anakronisme : Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Indonesia mempunyai kekayaan yang berlimpah salah satunya adalah kekayaan bahasa, yang bisa kita manfaatkan untuk membuat sebuah kalimat/karangan dengan menggunakan perasaan kita agar membuat karangan tersebut semakin Indah. Cukup sekian yang bisa admin sampaikan, semoga bisa menambah wawasan kita semua, mohon maaf dan terimakasih atas semuanya.
Previous
Next Post »